Ada ungkapan bahwa tumbuhnya benih benih cinta diawali seringnya bertemu dan atau sering mencurahkan hati (curhat) antar dua insan. Walaupun awalnya tak kenal, lama kelamaan akan saling menumbuhkan benih benih cinta. Ciri khas telah tumbuhnya benih cinta adalah adanya rasa kerinduan di hati, ketentraman saat dekat, tiada cela orang yang dicintai di mata orang yang mencintainya.
Namun dalam hal ini, sejenak kita dalami lebih jauh dalam konteks cinta sejati yang sesungguhnya, yaitu menumbuhkan benih benih kecintaan dengan Sang Pemilik Hati. Sang Penggenggam Jiwa, Maha Rahman. Maha Rahim, yaitu Allah.Apakah kita saat ini tengah merasakan setiap saat rindu dengan Allah?. Apa yang telah tersirat ataupun tersurat dari pengalaman spiritual beberapa orang shalih ataupun dari riwayat riwayat para nabi diawal kenabian atau selama masa kenabian. Begitu banyaknya cerita yang shahih, betapa orang orang shalih begitu semangatnya menyampaikan kerinduan kepada Sang Khalik dengan tanpa hentinya mendekat kepada Nya.
Apakah hal tersebut bisa dilakukan dengan diri Anda ataupun diri pribadi saya yang awam, yang selalu bergelimang dosa dan kelalaian?. Saya meyakini bisa. Bagaimana dengan Anda?.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa tumbuhnya benih benih cinta karena seringnya bertemu dan sering curhat. Bagaimana menjadikan ibadah yang kita lakukan sebagai jalannya bertemu, dan berdoa atau bermunajat kepada Nya sebagai curhat. Menjadikan diri ini lemah, kotor dengan dosa, melupakan sejenak hiruk pikuknya dunia, dengan bahasa yang kita pahami sehingga lebih mengena penuh keikhlasan dan kepasrahan diri. Maka bila setiap saat dilakukan walaupun secara bertahap maka akan menumbuhkan kecintaan kepada Nya.
Rasa hati yang tentram, pikiran yang "plong", walaupun adakalanya harus bercucuran airmata karena batin yang terbuka sedang berdialog dengan darimana sang jiwa ini berasal.
Nabi yang mulia rosullulah bersabda;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Tidak harus menjadi orang shalih terlebih dahulu untuk dekat dengan Sang Maha Pengasih, bagi Anda dan saya pribadi yang lemah dan berlumur dosapun akan bahagia bila sering bertemu menghadap Sang Maha Kasih, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.
Walllahualam
0 komentar :
Posting Komentar