Bismillahirrahmannirrahim.
Sesuai pertanyaan judul diatas, terkadang lebih mudah diucapkan akan tetapi begitu sulit untuk dilaksanakan. Dalam kehidupan kalau bisa dibuat mudah mengapa harus dipersulit?.
Bila dikaitkan dengan firman Allah :
"Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan belaka dan sesungguhnya perumahan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, jikalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64)
Ya, hidup didunia adalah kehidupan yang sementara, kehidupan fatamorgana dan penuh kepalsuan. Segala tindakan yang kita perbuat belum tentu murni bernilai ibadah, ikhlas karena Allah. Bisa jadi perbuatan baik apapun yang kita lakukan telah terkotori dengan riya atau ingin pamer sehingga tanpa kita sadari menjadi satu hal yang sia-sia dimata Tuhan. Apalagi jika kita melakukan perbuatan buruk yang didasari karena ego dan hawa nafsu yang akan semakin menumpukan amalan dosa didalam jiwa.
Setiap manusia lebih banyak tersibukan oleh hal hal yang sebenarnya suatu bentuk kesia-siaan di mata Allah misalnya bila ada kasus yang sedang "hot" atau "hit" terkadang kita lebih mudah menanggapi atau berkomentar tanpa ada dasar ilmunya sama sekali. Orang bilang "lidah tidak bertulang" padahal ada yg lebih besar antara faedah atau mudharatnya yaitu "opini" atau buah pemikiran yg kita tulis melalui media sosial atau melaui lisan dan lain sebagainya sehingga keadaan yang seharusnya dapat menentramkan malah semakin mengobarkan api karena perang opini. Jadi jelas apakah tidak semakin besar dosa-dosa yang kita tanggung apabila pendapat kita menyesatkan?.
Apa yang kita rasakan bahwa sekarang ini adalah jamannya demokrasi yang dianggap bisa sembarangan orang untuk bebas berpendapat, baik dengan hawa nafsunya atau dengan menggunakan disiplin keilmuannya yang justru ujung ujungnya bila berbenturan malah menimbulkan konflik bahkan sampai ke ranah hukum, kalau begitu dapat kita pertanyakan apa artinya dengan demokrasi bila berbeda pendapatpun malah jadi ribut atau bahkan berurusan dengan aparat hukum.
Berarti khan tidak bebas?.
Padahal seharusnya khan damai-damai saja atau aman-aman saja.
Pada akhirnya semua kejadian diatas dunia ini baik pengalaman diri maupun episode perjalanan orang lain yang seharusnya dapat kita ambil hikmahnya bahwa sebelum kita berbuat, haruslah kita pertimbangkan masak-masak apa konsekuensinya kelak atas perbuatan atau buah pemikiran kita.
Bekali diri dengan pemahaman diri dahulu, bekali diri dengan sepenuhnya dengan "ISI" ilmu sehingga tidak akan diibaratkan seperti " Tong kosong nyaring bunyinya" atau ibarat "Air beriak tanda tak dalam".
Bila diri kita bukan seorang pakar pembuat pesawat jangan coba-coba membuat pesawat sendiri.
Bila diri kita bukan seorang ahli agama jangan coba coba mengurai masalah agama atau bahkan menghina para alim ulama, yang bilamana kita lihat ke diri kita sendiri dapat dipertanyakan, apakah kita lebih soleh dari diri mereka? Apakah hidup kita setiap waktu mendalami kitab suci atau menghapalnya?.
Apakah ibadah kita telah benar sesuai tuntunan nabi?. Bahkan untuk ibadahpun kita masih "belang bentong", doa-doapun banyak yang tidak hapal apalagi penguasaan tafsir quran dan ribuan hadits yang hapal diluar kepala. Astagfirullah.
Sekarang kembali kita melihat kedalam diri kita sendiri, sejatinya bila hidup ingin tentram dan tidak menambah beban dosa, ya terapkan pertanyaan kedalam diri sendiri "bila hidup bisa dibuat mudah mengapa harus dibuat sulit?."
"Bila bisa berbuat baik, mengapa harus berbuat zhalim?".
Hidup yang sebentar ini bisa kita manfaatkan sebaik baiknya dengan banyak melakukan perbuatan baik walaupun terlihat kecil dan sederhana. Insyaallah.
“Hai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah itu adalah benar. Maka dari itu, janganlah engkau semua tertipu oleh kehidupan dunia ini dan janganlah sekali-kali kepercayaanmu kepada Allah itu tertipu oleh sesuatu yang amat pandai menipu.” (Fathir: 5)
JAGALAH HATI DAN LIDAHMU TERUTAMA HAWA NAFSU PIKIRANMU SENDIRI
Wallahuallam bisshawab