Featured Post
SURAT DARI IWAN UNTUK TUHAN

IWAN adalah seorang preman yang baru insyaf. Ingin berusaha jujur dan ingin mengenal Tuhan. Ketika sedang merintis kehidupan baru yang lu...

Jumat, 02 September 2016

Setitik Tentang Jati Diri

Assalamualaikum.

Kata jati diri barangkali pernah kita dengar atau bahkan mungkin diantara Anda ada yang sedang menggali, apa dan bagaimana, seperti apa dsb. Jati diri pada dasarnya berkaitan dengan "anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri". Dalam bahasa psikologi jati diri dapat dipadankan dengan "self-esteem". Bagaimana seseorang memandang dirinya menentukan sikapnya terhadap hidup. 


Ada orang yang beranggapan dirinya adalah orang yang tidak berharga, padahal orang lain melihat dia sebagai orang yang pandai dan rajin. Karena menganggap dirinya tidak berharga, maka dia tidak mampu menggunakan kemampuannya dalam pekerjaan maupun dalam keluarga.

Bangsa Jepang mempunyai jati diri yang kuat. Bangsa ini melihat dirinya sebagai bangsa yang unggul dan terhormat. Rasa unggul dan terhormat ini menjadikan bangsa Jepang sebagai pekerja keras, tekun dan tahan menderita. Selain itu bangsa Jepang pantang tercemar kehormatannya. Kalau harus menanggung rasa tidak hormat (malu maka lebih baik mati (harakiri). Sebaliknya, mungkin terlalu lama dijajah, bangsa Indonesia mempunyai jati diri yang lemah.

Pertanyaan yang paling mendasar lantas bagaimana dengan jati diri kita sendiri? Tentu tidak mudah melakukannya. Waktu yang paling tepat untuk meneliti jati diri adalah sewaktu kita mengalami nasib yang tidak menyenangkan, misalnya sedang sakit, sedang kena PHK atau mengalami kebangkrutan usaha. Nasib diri kita pada dasarnya bersumber dari jati diri atau self-esteem, yaitu bagaimana kita melihat atau menganggap diri kita. Keadaan sakit juga merupakan akibat dari self-esteem.

Jati diri terbentuk oleh tiga kebutuhan hidup manusia, yaitu kekuasaan, rasa tanggung jawab dan cinta kasih. Manusia membutuhkan kekuasaan dalam bentuk pengaruh terhadap orang lain, penerimaan dan perhatian dari orang lain. Kegagalan atau kekecewaan tidak medapatkan kekuasaan tersebut dapat menyebabkan orang menganggap dirinya tidak berguna atau self-esteem yang rendah. Hal yang sama juga terjadi pada kegagalan mendapatkan kasih sayang dan tanggung jawab.

Sebagai contoh, pada waktu kita mengalami musibah, termasuk sakit, mulailah menelusuri berbagai kejadian atau pengalaman di waktu lalu yang menyebabkan kekecewaan, kesedihan atau kemarahan dalam hal kekuasaan, kasih sayang dan tanggung jawab dalam hidup itu sendiri. Kalau sudah menemukan pengalaman dan kejadian tersebut maka sadarkan diri sendiri bahwa pengalaman dan kejadian tersebut sudah lewat dan seharusnya tidak ada urusan atau kaitan lagi dengan kehidupan kita sekarang. Sekarang kita sudah menduduki kursi direktur dalam perusahaan besar, sehingga kita menjadi perhatian, mendapat kasih sayang dan juga kekuasaan.

Apakah semudah itu mengubah jati diri? Tidak sama sekali. Memang mudah dikatakan tetapi sangat sulit untuk dilaksakan. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

Selanjutnya bertanyalah pada diri sendiri, apa tujuan hidup kita. Bagi orang yang religius dapat bertanya, untuk tujuan apa Tuhan menciptakan saya dan menugaskan saya hidup di bumi ini? Para pewaskita mengatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk memberi, untuk melayani orang lain. Dalam Islam dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi Khalifah Allah di Bumi. Misi Kholifah adalah untuk memakmurkan bumi dan membahagiakan sesamanya.

Jika sekarang Anda sudah tahu tujuan hidup yang paling hakiki, yaitu melayani. Pertanyaannya, apakah selama ini kita sudah bersikap melayani? Kalau belum tidak heran kita gagal menjadi pejabat, menjadi pengusaha atau menjadi tetangga yang baik. Kita tentu menyangkal bahwa hidup kita sejauh ini belum atau tidak melayani. Kalau begitu bertanyalah pada diri sendiri, apakah kita bahagia, tidak tegang atau stress?

Kalau kita merasa tidak bahagia (ada saja yang kurang atau ada saja yang salah), itu tandanya kita tidak bahagia atau mengalami stress. Rasa tidak bahagia dan stress adalah sumber kegagalan dan penyebab sakit. Tidak melayani sama artinya dengan egois. Kita jadi pejabat tidak melayani rakyat tetapi sibuk dengan kekuasaan. Menjadi pengusaha tidak melayani konsumen tetapi sibuk meningkatkan keuntungan sendiri.

Dari ragam dialog diri diatas, yang perlu kita sadari adalah bahwa kita memiliki nilai atau harga diri sama dengan manusia lain karena semua manusia diciptakan Tuhan dengan misi yang sama. Oleh karena itu tidak perlu merasa kurang atau merasa lebih dari orang lain. Katakan pada diri sendiri bahwa kita adalah manusia "pemberi" yang hebat. Itulah jati diri kita yang hakiki.

0 komentar :

Posting Komentar