بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Saya
dan juga Anda yang muslim pasti pernah membaca dan atau setidaknya pernah mendengar
dari ceramah yang disampaikan oleh para Ustad yang dimuliakan Allah yaitu
mengenai turunnya wahyu yang pertama kepada nabi Muhammad SAW di Gua Hira pada
usia 40 tahun.
Nah
berikut ini saya sharingkan beberapa riwayat yang berkenaan dengan
penjelasan atas permulaan diterimanya wahyu oleh nabi Muhammad SAW
sebagai penambah wawasan dan menambah ketebalan iman kita.
DEFINISI WAHYU
Wahyu
secara etimologi (bahasa) adalah memberitahukan secara samar, atau juga dapat
diartikan dengan tulisan, tertulis, utusa, ilham, perintah dan isyarat.
Sedangkan menurut terminologi (syariat) adalah memberitahukan hukum hukum
syariat, namun terkadang yang dimaksud dengan wahyu adalah sesuatu yang
diwahyukan, yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
PERMULAAN DITURUNKANNYA WAHYU
Turunnya
wahyu kepada Nabi Muhammad tidak berbeda dengan cara turunnya wahyu kepada
nabi-nabi sebelumnya. Seperti cara turunnya wahyu pertama kali kepada para nabi
adalah dengan MIMPI, sebagimana diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Dalail dengan sanad hasan dari Alqamah bib Qais,
sahabat Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Sesungguhnya wahyu yang pertama turun
kepada para nabi adalah dengan cara mimpi sehingga hati mereka menjadi tenang.
Setelah itu Allah menurunkan wahyu kepada mereka dalam keadaan sadar.”
Dari Aisyah Ummul Mukminin RA, bahwa Harits
bin Hisyam RA bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Ya Rasulullah bagaimana caranya wahyu turun kepada anda? Rasulullah menjawab,
"Kadangkadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng. Itulah
yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa yang disampaikannya. Kadang-kadang malaikat
menjelma seperti seorang laki-laki menyampaikan kepadaku dan aku mengerti apa yang disampaikannya," Aisyah berkata, "Aku pernah
melihat Nabi ketika turunnya wahyu kepadanya pada suatu hari yang amat dingin.
Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan dahi Nabi bersimpah
peluh,"
Pada riwayat yang lain
dikabarkan bahwa;
Dari Aisyah Umul Mukminin bahwa ia berkata, "Pertama turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW secara mimpi yang
benar waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau,
seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak
mengasingkan diri ke Gua Hira'. Di situ beliau beribadat beberapa malam,
tidak pulang ke rumah isterinya.
Untuk itu beliau membawa perbekalan
secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah,
untuk mengambil
lagi perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya kebenaran atau wahyu, yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.
Malaikat datang kepadanya, lalu katanya, "Bacalah, "jawab
Nabi, "Aku tidak bisa membaca. " Kata Nabi selanjutnya rnenceritakan,
"Aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya
dan disuruhnya
pula membaca. "Bacalah," ]awabku, "Aku tidak bisa membaca."
Aku ditarik dan dipeluknya sampai aku
kepayahan. Kemudian aku dilepaskan dan disuruh membaca, "Bacalah,"
katanya. Kujawab, "Aku tidak bisa membaca," Aku ditarik dan dipeluk untuk
ketiga kalinya, kemudian dilepaskan seraya berkata: "Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menjadikan.manusia dari segumpal darah. Bacalah! Demi Tuhanmu Yang Maha Mulia. "Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata,
"Selimuti aku, selimuti aku!" Siti Khadijah
menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kata Nabi kepada khadijah
(setelah dikabarkan semua kejadian yang dialaminya itu),
"Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa). " Khadijah menjawab, "Jangan takut, demi Allah, Tuhan
tidak akan membinasakan
kamu. Kamu selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang
keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong
orang yang kesusahan karena menegakkan
kebenaran." Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, yaitu
anak paman khadijah, yang telah memeluk agama Nasrani
pada masa Jahiliah itu. la pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani.
Maka disalinnya Kitab Injil dari bahasa Ibrani seberapa dikehendaki Allah dapat disalin. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.
Khadijah
berkata kepada Waraqah, "Wahai Anak pamanku! Dengarkan kabar
dari anak saudarmu (Muhammad) ini." Kata Waragah kepada Nabi, "Wahai Anak Saudaraku! Apa
yang telah terjadi atas dirimu? "Nabi menceritakan kepadanya semua
peristiwa yang telah dialaminya. Berkata Waraqah, Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya masih diberi kehidupan ketika kamu diusir
kaurnmu,"Nabi bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku, " Jawab
Waraqah,
"Ya betul, Belum ada seorang pun yang
diberi wahyu seperti mu tidak dirnusuhi orang. Apabila soya masih mendapati hari ini niscaya saya akan menolong anda
sekuat-kuatnya. " Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara.
WUJUD MALAIKAT JIBRIL
Dalam
riwayat Abu Aswad dari Urwah dari Aisyah disebutkan, bahwa Nabi pertama kali
melihat Jibril dalam mimpi, kemudian Nabi melihat Jibril secara sadar pertama
kali di Ajyad. Ketika mendengar panggilan Jibril, "'Ya Muhammad,"
Nabi melihat ke kanan dan kiri namun tidak menemukan siapa pun, lalu ketika
beliau melihat ke atas beliau melihat Jibril di langit. Kemudian Jibril berkata, "Ya Muhammad, ini Jibril"
kemudian Nabi lari menuju tempat keramaian dan beliau tidak melihat lagi. Tapi ketika keluar
dari keramaian beliau melihat Jibril kembali sambil memanggil manggil Nabi dan
Nabi pun lari. Kemudian Jibril baru menemui Nabi di Gua
Hira', sebagaimana telah diceritakan dalam kisah tersebut diatas.
Nabi
melihat bahwa Jibril memiliki dua sayap yang terbuat dari Yaqut, menurut
riwayat Ibnu Lahi'ah dari Abu Aswad. Telah disebutkan dalam Shahih Muslim riwayat lain dari Aisyah, Nabi berkata,
"Aku belum pernah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli kecuali hanya
dua kali."
Imam
Ahmad juga meriwayatkan hadits Ibnu Mas'ud, bahwa pertemuan Nabi dengan Jibril
dalam bentuknya yang asli hanya dua kali, Pertama, ketika bertemu pertama kali,
dan kedua ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Begitu juga Tirmidzi meriwayatkan dari
jalur Masruq dari Aisyah, bahwa Nabi tidak pernah melihat Jibril dalam bentuk
yang asli kecuali dua kali. Pertama di Sidratul Muntaha, dan kedua di Ajyad.
Dalam
kitab Sirah yang ditulis oleh Sulaiman At-Taimi, diriwayatkan oleh Muhammad bin
Abdul A’la dari anaknya Mu'tamir bin Sulaiman dari bapaknya, bahwa Jibril
datang kepada Nabi di Gua Hira. Jibril menyuruh nabi membaca "Iqra
bismirabbika.." lalu pergi dan Nabi terdiam kebingungan, kemudian Jibril
menampakkan rupanya yang asli di hadapan Nabi.
MASA 3 TAHUN TERPUTUSNYA WAHYU SETELAH DATANGNYA WAHYU DIPERMULAAN
Dalam
kitab sejarah karangan Ahmad bin Hambal terdapat riwayat dari Sya'bi yang mengatakan, bahwa masa tidak turunnya wahyu adalah 3 tahun, pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Ishaq. Sedangkan
menurut Baihaqi adalah 6 bulan, dan Nabi mendapatkan wahyu lewat mimpi pada bulan
kelahirannya yaitu Rabi'ul Awal ketika umur beliau 40 tahun, sedangkan turunnya wahyu dalam keadaan
sadar pada bulan Ramadhan.
Bukanlah yang dimaksud
dengan terputusnya wahyu selama tiga tahun berarti tidak turunnya malaikat
Jibril kepada Muhammad setelah turunnya ayat "Iqra
bismirabbika..." sampai turunnya ayat, "Ya Ayyuhal Muddatstsir," melainkan hanya diperlambat
turunnya Al Qur'an kepada beliau.
Asy-Sya'bi berkata, "Turunnya
kenabian kepada Muhammad, ketika beliau berusia 40
tahun yang ditemani oleh malaikat Israfil selama 3 tahun yang mengajari
beliau, dan pada saat itu belum turun Al Qur'an kepadanya. Setelah tiga tahun selanjutnya Nabi ditemani oleh Malaikat dan
turunlah Al Qur'an selama 20 tahun kepadanya.
Ibnu Tin
rnempunyai pendapat lain, yaitu bahwa yang menemani Nabi
adalah malaikat Mika'iI bukan Israfil, akan tetapi pendapat ini ditolak oleh Waqidi karena riwayatnya mursal, dia mengatakan, "Tidak ada yang menemani Nabi kecuali malaikat Jibril."
Jabir bin Abdullah Al Anshari berkata, beliau bercerita
tentang terputusnya wahyu, Rasulullah bercerita,
"Pada suatu hari ketika aku sedang berjalan-jalan,
tiba-tiba kedengaran olehku suatu suara dari langit, maka kuangkat
pandanganku ke arah datangnya suara itu. Kelihatan olehku malaikat yang pernah datang
kepadaku di Gua Hira dahulu. Dia duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku terperanjat karenanya dan terus pulang. Aku berkata kepada Khadijah,
"Selimuti aku!. " Lalu Allah menurunkan ayat, 'Hai orang-orang
yang berselimut! Bangunlah! Maka berilah peringatan dan
besarkanlah Tuhanmul Bersihkanlah pakainmu dan jauhilah berhala." Maka semenjak itu wahyu turun berturut-turut.
Wallahuaalam. Semoga bermanfaat.
Wallahuaalam. Semoga bermanfaat.
Subhanallah...
BalasHapusHow are you
BalasHapusDevin off Java
Your is Ok