Featured Post
SURAT DARI IWAN UNTUK TUHAN

IWAN adalah seorang preman yang baru insyaf. Ingin berusaha jujur dan ingin mengenal Tuhan. Ketika sedang merintis kehidupan baru yang lu...

Rabu, 18 November 2015

AKANKAH ANDA MENANGIS BILA MENGINGAT KEDUA ORANG TUA?

Dalam Islam Rosulullah telah mengajarkan berbagai aturan hubungan dengan Sang Maha Pencipta dan aturan hubungan dengan sesama manusia baik bermasyarakat maupun dalam keluarga. Bila saat ini Anda masih memiliki orang tua yang masih hidup adakah terbersit dalam hati untuk bertemu dan bersimpuh di kaki keduanya disaat Anda jauh dengan mereka ataupun bila dekat akan selalu berkomunikasi dan atau mencium kedua tangannya. Bila ini ada dalam pikiran dan hati Anda sesungguhnya Anda adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tua.

Seorang ibu yang melahirkan dan membesarkan kita tak akan terbalas jasanya walaupun kita memberikan emas sebesar gunung, ataupun kepada sosok ayah kita akankah cukup kemuliaannya dengan membalas jasa dan perjuangannya turut menafkahi atau membesarkan kita  dengan menggantikannya dengan segenggam intan kepadanya. Tidak, itu tiada artinya.

Walaupun harta yang kita  berikan namun tanpa keikhlasan dan senyum yang kita berikan kepada mereka akan lenyap tiada artinya bila hati mereka sakit. Tiada keberkahan hidup, tiada kebahagian yang kita raih tanpa restu kedua orang tua. 

Saat sebagian orang ada yang mencari “berkah” pergi ke tempat tempat yang dianggap penuh berkah atau mendatangi orang-orang soleh untuk minta didoakan supaya bahagia dan makmur, padahal sesungguhnya berkah itu tidak jauh dari kita, doa dan restu dari orang tua itu lebih dahsyat dari yang kita sangkakan. Sebagian orang telah merasakannya, atau mungkin diantara Anda ada yang telah merasakannya.

Rosulullah pernah bersabda :
  • Dari Abdullah bin Umar, dia berkata

 
"Ridha Tuhan terletak pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan kedua orang tua".
Hasan mauquf dan shahih marfu' didalam kitab Ash-Shahihah (515).

  •  Dari Bahaz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, aku berkata,
Wahai Rasulullah! Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya lagi, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" Lalu saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?." Rasulullah menjawab, "Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat."
Hasan, di dalam kitab Al Inva (2232, 829), dan di dalam (Sunan Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wa Ash-Shilat, 1- Bab Ma Ja'a fi Birril-Walidain).

  • Dari Ibnu Abbas,
Bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata, "Sesungguhnya aku telah meminang seorang wanita, lalu dia enggan untuk menikah denganku. Kemudian dia dipinang oleh orang lain dan dia menikah dengannya. Akhirnya saya cemburu dengan wanita itu, lalu aku membunuhnya. Apakah (masih) ada taubat bagiku?" Ibnu Abbas bertanya, "Ibumu masih hidup?" Dia menjawab, "Tidak." Ibnu Abbas berkata, "Bertaubatlah kepada Allah Azza wa ]alla, dan mendekatlah kepada-Nya semampu kamu." [Atha' bin Yasar berkata] "Kemudian saya menjumpai Ibnu Abbas dan bertanya kepadanya, 'Mengapa engkau bertanya tentang ibunya? Ibnu Abbas menjawab, 'Sesungguhnya aku tidak mengetahui suatu amalan yang lebih dekat kepada Allah Azza wa Jalla dari pada berbuat baik kepada Ibu'."
Shahih, dalam kitab Ash-Slmhihah (2799)

  • Dari Abu Hurairah, dia berkata.
Ditanyakan (kepada Rasulullah), "Wahai Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam! Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" Lalu dia bertanya, "Lalu siapa?" Pertanyaan ini diulanginya hingga empat kali, dan Rasulullah menjawab, "Ayahmu".

Shahih, dalam kitab Al Irwa (837), Adh-Dha'ifah (4992), (Bukhari, 78 Kitabul Adab, 2. Bab Man Ahaqqun-Nasi Bihusnish-Shahabah, Muslim, 45- Kitab Al Birru wash-Shilah wal Adab, hadits 1, 2, dan 3).

  • Dari Abu Hurairah,
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Seorang tidak dikatakan berbakti kepada orang tuanya, kecuali bila orang tuanya menjadi budak lalu ia membelinya dan memerdekakanya."

Shahih, di dalam kitab Al Inva (1747), Muslim, 20- Kitabul Itqi, hadits 25, 26).

  • Dari Abu Burdah, bahwasanya dia melihat Ibnu Umar dan seorang laki-laki dari Yaman sedang thawaf di Ka'bah, sambil menggendong ibunya di belakang punggungnya seraya berkata,

"Sesungguhnya aku di hadapannya ibarat unta yang hina. Sekiranya unta itu mengejutkan penunggangnya, maka saya tidak mengejutkan (ibu saya)." Kemudian dia berkata, "Wahai Ibnu Umar! Apakah engkau melihat saya telah membalasnya (kebaikan ibu saya)?" Ibnu Umar menjawab, "Belum, bahkan tidak sebanding dengan tarikan nafasnya disaat melahirkan." Lalu Ibnu Umar thawaf kemudian mendatangi makam Ibrahim lalu shalat dua rakaat kemudian berkata, "Wahai Ibnu Abu Musa! Sesungguhnya setiap dua rakaat shalat akan bisa menghapus dosa-dosa yang berada di depannya (sebelumnya)."
Shahih sanadnya.

Demikian yang dapat disampaikan dalam artikel tentang kemulian kedua orang tua pada saat ini. Untuk melengkapi hadits-hadits mengenai adab kepada kedua orang tua akan saya lengkapi pada postingan selanjutnya. Insyaallah.

Wallahualam.

Rahmat Saleh




0 komentar :

Posting Komentar