Featured Post
SURAT DARI IWAN UNTUK TUHAN

IWAN adalah seorang preman yang baru insyaf. Ingin berusaha jujur dan ingin mengenal Tuhan. Ketika sedang merintis kehidupan baru yang lu...

Minggu, 08 November 2015

Manusia yang pertama kali dihisab di hari kiamat

Berikut ini diriwayatkan tentang siapa yang pertama kali dihisab di hari kiamat. Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya.

Dari Abu Hurairah ra., diceritakan : Orang-orang berkelompok-kelompok dari Abu Hurairah, Natil penduduk Syam berkata padanya : "Wahai Tuan, ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah saw. !". Ia berkata : "Ya, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling pertama diadili pada hari qiyamat adalah seseorang yang mati syahid, ia didatangkan dan ditanyakan nikmat-nikmatnya, lalu ia mengakuinya. Allah berfirman : "Apakah yang kamu amalkan di dunia ? ". Ia menjawab : "Saya berperang sampai mati syahid". Allah berfirman : "Kamu berdusta, tetapi kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan itu telah dikatakan". Kemudian ia diperintahkan, lalu wajahnya ditarik sehingga ia dilemparkan kedalam neraka. Seorang yang memperlajari Ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur'an di¬datangkan. Nikmat-nikmatnya, ditanyakan dan ia mengakuinya. Allah berfirman : "Apakah yang kamu kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya mempelajari Ilmu, mengajarkannya, dan saya membaca Qur'an karena-Mu". Allah berfirman : "Kamu berdusta, karena kamu mempelajari Ilmu agar dikatakan pandai dan kamu membaca Al Qur'an agar dikatakan sebagai qari', dan itu semua telah diucapkan". Kemudian diperintahkan, lalu wajahnya ditarik sampai dicampakkan kedalam neraka. Dan seorang

yang diberi kelapangan oleh Allah dan diberi berbagai macam seluruh harta didatangkan dan ditanyakan ni'mat-ni'matnya lalu ia mengakuinya. Allah berfirman : "Apakah yang kamu kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya tidak meninggalkan jalan yang mana engkau senang untuk di infakkannya (harta) melainkan saya menginfakkannya karena-Mu". Allah berfirman : "Kamu berdusta, tetapi kamu kerjakan agar dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah dikatakan". Ia diperintahkan, lalu ditarik wajahnya kemudian dilemparkan kedalam neraka". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).


Ikhwafillah, ini adalah pelajaran berharga untuk kita, bagaimana seorang laki-laki yang berjuang, ikut ke medan perang, mendapat kesempatan berjihad semasa ia di dunia, akan tetapi niat yang ia lakukan bukan karena Allah Ta’ala, tetapi ingin disebut pahlawan, ingin disebut pemberani. Kemudian lelaki yang kedua adalah seseorang yang gemar mencari ilmu, berdakwah dan lain sebagainya akan tetapi, yang ia lakukan, yang ia kerjakan bukan karena Allah Ta’ala, akan tetapi ia ingin disebut ‘alim, orang yang oleh, orang yang pintar dalam masalah agama. Kemudian yang terakhir adalah seseorang yang diberikan kelapangan rizki oleh Allah dan ia menginfakkan hartanya untuk orang miskin akan tetapi, hal tersebut ia lakukan bukan karena Allah Ta’ala, melainkan ingin disebut sebagai dermawan, ia ingin disebut hartawan. Oleh sebab itu, mereka disatukan oleh Allah di dalam neraka, amalnya tertolak, amalnya tidak diterima oleh Allah Ta’ala.


Ikhwafillah, inilah yang kita takutkan, inilah yang kita khawatirkan, jangan-jangan nanti apa yang sudah kita lakukan, apa yang sudah kita kerjakan, nantinya tertolak dan tidak diterima amal kita oleh Allah Ta’ala, itulah mengapa para ulama menempatkan hadis niat dalam bukunya di halaman pertama, supaya yang membacanya tahu bahwa ia menuntut ilmu, ia belajar, ia bersedekah, bukan karena ingin dipuji manusia, bukan ingin disebut-sebut namanya oleh manusia, akan tetapi ia melakukan hal itu karena Allah Ta’ala.


Ikhwafillah, apa yang dimaksudkan dengan ikhlas? Ikhlas adalah ketika seseorang mengerjakan suatu amalan, yang mana amalan itu ia ingin agar Allah Ta’ala yang menggantinya, agar Allah Ta’ala yang akan memberikan pahalanya, ia tidak ingin amalan itu dipuji manusia, disebut-sebut oleh manusia, dan ketika ia beramal, ia melakukan sesuatu yang baik, ia ingin agar Allah Ta’ala menerima amalnya, dan ia tidak mengharapkan balasan dari manusia, baik balasannya berupa jabatan, harta, dan lain sebagainya, akan tetapi ia hanya mengharapkan ridho Allah Ta’ala.


Wallahu a’lam bishowab




0 komentar :

Posting Komentar