Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang, demikian yang jadi slogan kelompok Warkop DKI yaitu Dono, Kasino dan Indro. Film-filmnya cukup populer di tahun 80 dan 90an walaupun sampai sekarang pun masih. Pada awal mulanya, Warkop hanya dari sebuah acara yang namanya 'Perkampungan Mahasiswa UI'.
Dulu Dono, Kasino, Nanu dan Rudi Badil adalah anak UI, dan mereka menjadi salah satu pengisi acara itu. Indro saat itu masih mengenyam pendidikan di SMP. Acara Perkampungan Mahasiswa UI sendiri tujuan sebenarnya adalah untuk demonstrasi yang menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, yang dianggap menghamburkan uang rakyat dan berpotensi mematikan budaya nusantara sendiri karena dengan keberadaan TMII, dapat membuat orang merasa tidak perlu ke daerah-daera untuk melihat budaya aslinya, cukup pergi ke TMII.Kekonyolan Warkop di acara itu pun dilihat oleh Temmy Lesanpura, Kepala Bagian programming di Radio Prambors saat itu, dan kemudian mereka ditawarkan siaran di Radio Prambors yang acaranya bernama 'Obrolan Di Warung Kopi'.
Kenapa 'Obrolan Di Warung Kopi'
?Karena biasanya memang di warung kopi ada demokrasi, orang bebas bicarangalor
ngidul, sok pintar, maupun sok bodoh.
Topik yang dibawakan Warkop di
radio Prambors biasanya topik sosial, dan dibawakan dengan ngocol dan santai,
khas obrolan warung kopi. Mulai tahun 1976, mereka sering dipanggil main di
berbagai acara, waktu itu Warkop masih berlima (Nanu, Kasino, Dono, Rudy Badil,
dan Indro), tetapi Badil tidak ikut main di panggung karena grogi. Jadinya yang
biasa manggung hanya Nanu, Kasino dan Indro, sementara Dono lebih banyak diam
danmojok di panggung untuk mukul drum kalau ada joke yang lucu.
"Dari acara kampus, siaran
radio, panggung ke panggung, akhirnya televisi nasional. Itulah Warkop."
Acara pertama Warkop di televisi
namanya 'Terminal Musikal Tempat Anak Muda Mangkal'. Pemainnya Kasino, Nanu,
Indro, dan Dono yang dipaksa untuk ikut bermain. Acaranya diputar pada tahun
baru, 1 Januari dan jam satu siang.
Ternyata besoknya hampir semua
majalah, koran dan radio pada gempar membahas acara mereka. Karena, jaman dulu,
acara televisi cenderung baku, misalnya, penyanyi kalau nyanyi gayanya harus
resmi dan senyum-senyum manis. Tapi, acara Warkop itu seperti kabaret, berisi
parodi, banyolan dan bahkan ada adegan menirukan presiden yang lagi meninjau
pameran-pameran, dan juga kritik-kritik sosial.Dari acara itu, pada tahun 1978,
Warkop ditawarkan bermain film.
Mana Tahaaan adalah film pertama Warkop. Sebelum
mereka memutuskan bermain film, mereka hanya berpikir bahwa lawakan Warkop
didengar dan disukai oleh orang-orang. Begitu mereka bermain film (dan kemudian
juga disukai orang), mereka mulai berpikir bahwa Warkop sudah menjadi profesi
dan harus diseriusi, dimulai dengan pemikiran konsep dan survey untuk
acara-acara selanjutnya.
Perubahan Warkop dari 'pelawak
intelektual' menjadi versi film yang banyak unsur slapstick.Warkop dulu
dijuluki 'pelawak intelektual' karena sering membawakan isu-isu yang intelek.
Ketika memanggung maupun siaran di radio, Warkop adalah pelawak verbal yang
kekuatannya adalah materi-materi joke-nya. Mereka juga merupakan pelawak pertama
yang memanggung mengenakan jas. Tidak seperti lawakan yang menggunakan baju
bencong ataupun menarik celana sampai ke dada agar bisa lucu.Namun, film tidak
bisa mengandalkan verbal saja, karena film adalah media untuk mata dan telinga
maka Warkop menambahkan unsur slapstick, karena secara telinga sudah tidak lagi
menjadi masalah bagi mereka.
Banyak yang memprotes tentang
perubahan yang dilakukan Warkop dalam filmnya, walaupun mereka masih tetap
memanggung dan merilis kaset mereka (di sini mereka mempertahankan obrolan khas
Warkop, dan memang ditujukan untuk pendengar kelas menengah ke atas, karena
joke-nya memang lebih mengena). Kalau di film dipaksakan seperti itu jelas
tidak akan bisa, karena film lebih universal dan tidak semua orang dapat
mengerti suatu joke, apalagi dikemas secara verbal.
Pada tahun 1995, Warkop berhenti
membuat film sebagai bagian dari protes mereka terhadap dunia perfilman
Indonesia. Warkop yang terakhir kali berjuang sampai tahun 1995, dan pada
akhirnya film di Indonesia tinggal film esek-esek saja, guna melihat siapa lagi
yang peduli tentang perfilman Indonesia selain mereka. Setelah itu, Warkop pun
pindah ke sinetron. Sampai pada akhirnya, Kasino
(1997) dan Dono (2001) meninggal.
Dari semua personel Warkop,
mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari
profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi
asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi
pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino
juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia
pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai
anggota pencinta alam Mapala UI. Nanu
sendiri meninggal pada 1983 karena penyakit liver. Indro, sebagai bagian dari Warkop
DKI, masih membawa nama Warkop dalam beberapa sinetron yang dimainkannya.
Berikut ini cuplikan film Warkop Dono, Kasino dan Indro yang mudah-mudahan membuat Anda sedikit tersenyum.
Berikut ini cuplikan film Warkop Dono, Kasino dan Indro yang mudah-mudahan membuat Anda sedikit tersenyum.
0 komentar :
Posting Komentar